KASUMI

BAB 1

Pendahuluan

Pada dewasa ini penggunaan telepon genggam merupakan kejadian yang dapat dijumpai sehari – hari. Jumlah pengguna telepon genggam menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 adalah 381.482.747[1], jumlah ini lebih besar bila dibandingkan oleh jumlah penduduk Indonesia (255.461.700)[2]. Hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia telah sangat familiar dengan teknologi telepon genggam.


Keamanan telepon genggam mulai menjadi perhatian sejak isu penyadapan oleh badan intelijen asing kepada mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diketahui melalui dokumen wikileaks[3]. Sehingga Kementerian Komunikasi dan Informatika saat itu memanggil seluruh penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia untuk melakukan audit pada keamanan sistem jaringan telekomunikasi masing – masing.

Keamanan Global System for Mobile Equipment (GSM) memang sangatlah rentan, kelemahan pada GSM dipengaruhi banyak hal seperti panjang kunci K yang hanya 32 bits, algoritma autenti kasi dan enkripsi yang lemah dan tidak amannya metode pengiriman kunci [10]. Sebab itu European Telecommunications Standards Institute (ETSI)/3rd Generation Partnership Project (3GPP) meningkatkan keamanan algoritma enkripsi pada UMTS. ETSI/3GPPP meminta Security Algorithms Group of Experts (SAGE) untuk mengembangkan algoritma untuk UMTS berdasarkan spesi kasi yang diberikan oleh Service and System Aspects Workgroup 2 (SA-WG2)4. Dikarenakan waktu yang sangat singkat SAGE menggunakan algoritma yang telah ada yakni MISTY1 sebagai dasar algoritma KASUMI atau lebih dikenal sebagai algoritma A5/3 di telekomunikasi [11].

You May Also Like

More From Author